Ketika
kembali dari Yogyakarta, I Gusti Ngurah Rai menemukan pasukannya dalam
keadaan porak-poranda akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan
Belanda. I Gusti Ngurah Rai berusaha untuk mengumpulkan kembali
pasukannya yang telah porak-poranda. Sementara itu, Belanda terus
membujuk Ngurah Rai agar mau bekerja sama dengan pihak Belanda. Namun
ajakan itu ditolaknya, penolakan itu terlihat dari isi surat balasannya
kepada Belanda. Di antaranya Ngurah Rai menyatakan bahwa: "Bali bukan
tempat untuk perundingan dan perundingan merupakan hak dari pemimpin
kami di pusat"
Baca Juga;
Pendidikan Islam Masa Umayyah dan Berdirinya Dinasti Umayyah
.
Awal Mula Pertempuran Puputan Margarana
Di samping itu, Ngurah Rai, juga menyatakan bahwa: "Pulau Bali bergolak karena kedata pasukan Belanda. Dengan demikian, apabila ingin Pulau Bali dan damai, Belanda harus angkat kaki dari Pulau Bali".
Ketika Ngurah Rai berhasil menghimpun dan mempersatukan ker pasukannya, pada tanggal l 8 November 1946 diIakukan serangan terhadap markas Belanda yang ada di kota Tabanan. Markas Belanda digempur habis-habisan. Dalam pertempuran itu, pasukan Ngurah Rai meraih kemenangan yang gemilang dan satu Detasemen Polisi Belanda lengkap dengan senjatanya menyerah. Setelah itu pasukan mundur ke arau utara kota Tabanan dan memusatkan perjuangan di desa Margarana.
Akibat kekalahan
tersebut pihak Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya termasuk pesawat
tempur untuk menyerang daerah Margarana pada tanggal 20 November 1946.
Terjadilah pertempuran yang dahsyat, dalam pertempuran tersebut Ngurah
Rai menyerukan perang puputan (perang habis-habisan). Namun
sayang pada peristiwa tersebut I Gusti Ngurah Rai dan pasukan gugur di
medan perang. Pertempuan itu sekarang lebih dikenal dengan perang
puputan yang diperingati tanggal 20 November setiap tahunnya diperingati
sebagai hari Pahlawan Margarana oleh rakyat Bali.
Pertempuran Margarana (20 November 1946) Perang Puputan
4/
5
Oleh
Admin