Suku Aborigin merupakan sebutan khas bagi penduduk asli Benua Australia. Sebutan tersebut diambil dari bahasa Latin aborigine,
yang memiliki arti “dari awal” dan diperuntukkan untuk penduduk yang
sejak awal tinggal di suatu wilayah atau pulau. Oleh karena itu istilah
aborigine mempunyai arti yang sama dengan pribumi.
Suku ini pada awalnya mendominasi daratan Australia, namun
setelah orang-orang Eropa menemukan benua tersebut suku Aborigin mulai
terdesak keberadaannya. Nasib suku Aborigin hampir sama dengan suku
Indian di Amerika, menjadi suku asli yang terpinggirkan akibat
kedatangan bangsa asing.
Baca Juga;
Perang Yarmuk: Momen Krusial Penaklukan Suriah (636 M.)
Asal-Usul Suku Aborigin
Bentuk
fisik orang Aborigin mirip orang Irian di Indonesia. Sehingga terdapat
teori bahwa orang Aborigin merupakan keturunan perantau dari Irian yang
tiba di benua itu sekitar 50.000 tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya, bentuk fisik orang Aborigin masa
sekarang rata-rata lebih kecil dan pendek jika dibandingkan orang Irian.
Rambut mereka juga keriting, namun sebagian warnanya sudah
kemerah-merahan. Sementara warna kulit mereka gelap.
Nenek moyang orang Aborigin Australia mungkin datang ke
benua selatan melalui rakit, ketika fluktuasi iklim dan permukaan laut
menciptakan jalur yang memungkinkan pergerakan manusia dari barat ke
timur melintasi Kepulauan Indonesia. Di Australia pemukim manusia
pertama menemukan flora dan fauna yang unik.
Jumlah pemukim awal di Australia mungkin sangat kecil. Dari
satu kelompok keluarga yang berhasil melewati batas samudera, seluruh
benua bisa terjelajahi dalam hitungan beberapa ribu tahun.
Pemukiman pendatang baru mungkin tidak akan pernah
ditemukan, karena mereka pasti berada di garis pantai yang sekarang
sebagian besar merupakan dasar laut. Lebih jauh ke pedalaman, karena
kecilnya dampak yang dapat ditimbulkan kelompok keluarga kecil di
lingkungan Australia, nampaknya arkeolog tidak akan menemukan banyak
bukti keberadaan manusia sebelum setidaknya beberapa ratus tahun setelah
kelompok pertama tiba dan keturunan mereka telah menyebar ke seluruh
benua.
Begitu berada di garis pantai Australia, mereka kekurangan bahan
rakit, seperti bambu, mungkin membuat orang enggan mencoba kembali.
Selanjutnya, dengan benua yang kosong untuk ditaklukkan, para pendatang
baru punya sedikit alasan untuk kembali ke Asia. Dengan kondisi yang
seperti ini, orang-orang Aborigin mulai beradaptasi dengan kondisi alam
Australia.
Budaya Orang Aborigin
Pada
awalnnya, orang Aborigin hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka
memburu binatang liar, seperti kanguru, dengan tombak, panah, dan
bumerang. Di daerah beriklim dingin, kulit kanguru digunakan sebagai
bahan pakaian, sedangkan ikan mereka tangkap dengan tombak dan jaring.
Ilmu bercorak tanam dan beternak belum mereka kenal. Dikarenakan cara
hidup mereka yang seperti itu, suku Aborigin tidak pernah berkelana
jauh dari sumber-sumber air atau sungai.
Orang Aborigin dikenal sebagai suku pengelana, karena mereka tidak
pernah menetap di suatu tempat dalam jangka waktu lama. Rumah mereka
sangat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan daun kering.
Mereka dipimpin oleh kepala suku yang juga bertugas memimpin upacara
keagamaan dan perkawinan.
Agama orang Aborigin masih tradisional, tetapi kepercaya an mereka
terhadap adanya Roh Agung yang menciptakan alam semesta dan isinya
sangat kuat. Mereka percaya bahwa Roh Agung memberikan petunjjuk dan
bimbingan melalui mimpi.
Bagi suku Aborigin, tradisi perkawinan sangatlah sakral, karena tidak
hanya menyatukan seorang pria dan wanita, tetapi juga menyatukan dua
keluarga. Oleh karena itu, kebanyakan pria Aborigin hanya beristri satu,
meskipun adat tidak melarang memiliki istri lebih dari satu.
Persentuhan dengan Kebudayaan Asing
Sejak tahun 1700-an terjadi pertumbuhan perdagangan yang berpusat di
daratan China dan menyebar melintasi Lingkaran Pasifik. Akibatnya, orang
Indonesia secara musiman mengunjungi Australia utara sebagai bagian
dari siklus perdagangan mereka di wilayah yang lebih luas.
Selama beberapa ratus tahun terakhir, Torres Strait Islanders juga
terlibat dalam perdagangan regional yang lebih luas. Orang-orang
Kepulauan Torres sebagian besar berasal dari Melanesia, namun telah
melakukan kontak budaya dengan orang-orang Aborigin Australia dan orang
Papua. Semua hubungan pra-Eropa ini tercermin dalam mitologi Aborigin,
upacara dan budaya material di utara Australia.
Pemukiman permanen Eropa pertama di Australia dibentuk pada tanggal
26 Januari 1788 ketika Gubernur Arthur Phillip tiba dari Inggris dengan
Armada Pertama di Port Jackson. Di pantai Sydney ini menjadi ibu kota Koloni New South Wales.
Akan tetapi kontak antara koloni-koloni ini dan orang-orang Aborigin
Australia, yang kemudian disebut ‘orang India’, pertama kali telah
terjadi beberapa hari sebelumnya pada tanggal 20 Januari 1788 di Botany
Bay. Di sini, dengan memberi isyarat satu sama lain, orang-orang Eropa
dan Aborigin tampaknya telah mencapai beberapa tingkat komunikasi.
Orang-orang Aborigin awalnya bingung dengan penampilan orang-orang
yang terlihat pucat dan mengenakan pakaian. Setelah beberapa hari kontak
seperti ini, orang-orang Aborigin tampaknya menghindari pemukim
Inggris. Kemudian, karena tanah mereka diambil dari mereka, mereka tidak
punya pilihan kecuali memasuki daerah yang dihuni.
Ketika orang Eropa mulai memasuki Benua Australia pada tahun 1788,
jumlah orang Aborigin diperkirakan masih terdapat 350.000 jiwa. Mereka
terpecah ke dalam 500 anak suku bangsa dan kelompok, masing-masing
dengan dialek berbeda. Beberapa nama suku aborigin yang terkenal adalah
Aranda, Bidjandjara, Gurindji, Gunwinggu, Kamilaroi, Murngin, Tiwi,
Wailbri, Wurora, dan Yir-yoroni. Perbedaan bahasa tersebut mempersulit
komunikasi antar suku bangsa Aborigin.
Penemuan emas di benua itu membawa malapetaka bagi orang Aborigin.
Pendatang dari Eropa mendesak kehidupan mereka, mengusir mereka dari
tempat tinggal dan merampas tanah serta daerah perburuannya. Banyak
orang Aborigin dibunuh. Mereka yang tersisa diusir ke daerah gersang dan
tandus, sehingga akhirnya banyak yang mati karena penyakit dan
kelaparan.
Kepunahan orang Aborgini dipercepat pula dengan peperangan antar suku
mereka sendiri. Kini jumlah orang Aborigin diperkirakantinggal 144.000
jiwa, termasuk 50.000 orang Aborigin asli yang sebagian besar berdiam di
daerah pedalaman dekat dekat gurun tandus. Selebihnya adalah orang
Aborigin yang sudah bercampur dengan ras lain.
Suku Aborigin di Era Modern
Pemerintah modern Australia tidak pernah mengakui adanya diskriminasi
terhadap suku Aborigin. Namun, dalam kenyataannya perlakuan pembedaan
berdasarkan warna kulit di bidang politik, agama, dan ekonomi masih
tetap terasa hingga kini. Masyarakat kulit putih pada umumnya masih
menunjukkan sikap superior terhadap orang Aborigin. Kondisi tersebut
menyebabkan orang Aborigin masih tetap terasing di tanah airnya sendiri.
Pada tahun 1970-an, pemerintah Australia mulai memberikan peluang
lebih luas kepada orang Aborigin, terutama di bidang politik dan
pendidikan. Beberapa tokoh suku Aborgini pun berhasil tampil ke
permukaan panggung politik. Tokoh pertama adalah Neville Boner, yang
cukup dikenal karena pencapaiannya sebagai Aborigin pertama yang
terpilih sebagai anggota parlemen federal Australia. Selanjutnya ada
nama Douglas Nicholls sebagai Aborigin pertama yang terpilih sebagai
senator, mewakili negara bagian Queensland (1971).
Baca Juga:
Dinamika Penghulu Indonesia (Kerajaan Islam-Kemerdekaan)
BIBLIOGRAFI
Attwodd, Bain. 2005. Telling the Truth About Aboriginal History. New South Wales: Allen and Unwin.
Clarke, Philip. 2003. Where the Ancestors Walked: Australia as an Aboriginal Landscape.New South Wales: Allen and Unwin.
Flood, Josephine. 2006. The Original Australians: Story of Aboriginal People. New South Wales: Allen and Unwin.
Artikel Lengkap Sejarah Suku Aborigin
4/
5
Oleh
Admin