Pertempuran Thermopylae adalah pertempuran terakhir 300
pasukan Sparta yang dipimpin Raja Leonidas, melawan pasukan Persia, di
bawah pimpinan kaisar Xerxes. Jika pembaca pernah menonton film 300,
pasti tidak asing dengan kisah Leonidas dan 300 pasukannya.
Leonidas adalah seorang raja Sparta, ia terkenal akan
keberaniannya memimpin 300 pasukan Sparta melawan pasukan Persia yang
luar biasa banyak. Dalam pertempuran tersebut Leonidas dan 300
pasukannya tumbang, setelah bertarung layaknya laki-laki sejati.
Meskipun demikian, perlawanan mereka memberi bangsa Yunani waktu dan
membangkitkan semangat perlawanan bangsa Yunani untuk mengalahkan
Xerxes, pemimpin Persia saat itu.
Kondisi Yunani Menjelang Pertempuran Thermopylae
Selama satu dasawarsa, Bangsa Yunani telah memerangi bangsa
Persia yang bertekad menginvasi tanah air mereka. Menghadapi sikap
Yunani yang gigih mempertahankan tanah mereka, membuat Kaisar Persia,
Xerxes, mengumpulkan kekuatan terbesar saat itu.
Akan tetapi pihak Yunani tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman
serangan armada besar Xerxes. Tahun 481 SM, Athena dan tiga puluh kota
lain bergabung dalam sebuah liga baru, yaitu Liga Helenik. Liga ini
dibentuk sebagai liga pertahanan melawan kekuatan Persia. Pihak Sparta,
yang bergabung dengan liga tersebut, mejadi yang paling berpengalaman
dari angkatan perang gabungan anti-Persia.
Di musim gugur tahun yang sama, Xerxes bergerak dengan pasukannya ke
Sardis, di mana mereka beristirahat di musim dingin, mengumpulkan
kekuatan, dan mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Kemudian, di musim
semi tahun 480 SM, ia bersama pasukannya menyeberangi Helenspot dengan
jembatan Photon (Jembatan dari perahu). Mereka kemudian menyusuri
pesisir untuk menuju jantung Yunani.
Baca Juga;
Artikel Lengkap Perang Salib Kedua (1147-1149 M)
Orang Yunani tidak yakin daerah Utara dapat bertahan menghadapi
gempuran pasukan Persia. Untuk itu, mereka mendirikan garis depan medan
perang di bawah Teluk Malia, dengan angkatan perangnya terkumpul di
Thermopylae, di mana pegunungan terbelah sehingga terbentuk jalan.
Thermopylae adalah jalan yang paling mungkin dilalui Xerxes untuk
mecapai daerah Selatan semenanjung (meskipun ada jalan gunung
tersembunyi yang tidak diketahui Xerxes).
Angkatan laut Yunani ditarik ke ujung Utara Euboca. Sementara mereka
menunggu kedatangan Xerxes, Dewan Lima Ratus mengeluarkan dekrit untuk
mengungsikan para lansia, wanita, dan anak-anak. Anak-anak dan para
perempuan diungsikan ke tempat yang aman di Troezen. Sementara para
lelaki lanjut usia, dan hartanya ditempatkan di Salamis.
Leonidas dan Negara Kota Sparta
Kira-kira sepuluh tahun sebelumnya, Leonidas memperoleh tahta Sparta, negara kota atau polis di
daerah Peloponessus Tenggara yang dikenal sebagai Lacedemonia. Sparta
memiliki pasukan militer yang kuat. Kehidupan mereka jauh lebih keras
dibanding orang Athena yang beradab, dan berbudaya. Orag Sparta terkenal
karena kekuatan, kesetiaan, dan keberaniannya.
Sparta bergantung pada banyak budak, yang mereka sebut helot, untuk menyediakan makanan. Orang Sparta membentuk pasukan untuk mengendalikan para budak, sehingga menjadi kediktatoran negara polis pertama di Yunani.
Kehidupan mereka sangat keras, bayi ang lemah atau sakit
ditinggalkan hingga meninggal di pegunungan. Anak laki-laki mendapat
latihan kemiliteran sejak usia 7 hingga 20 tahun, yaitu ketika mereka
menjadi warga negara penuh. Setelah itu, mereka bergabung ke dalam
pasukan. Bahkan, setelah warga Sparta menikah, mereka masih harus makan
dan tidur di barak umum hingga usianya 30 tahun.
Sebelum pertempuran Thermopylae, Orakel Delphi telah meramalkan
kepada Leonidas bahwa hanya pengorbanan seorang raja keturunan Hercules
yang dapat menyelematkan kotanya dari kehancuran. Leonidas sendiri
percaya bahwa keluarganya adalah eturunan Hercules, dan dengan demikian
juga keturunan Zeus.
Sewaktu para wakil polis-polis Yunani ketakutan di sidang di
Korintus, Leonidas mengajukan diri untuk memimpin pasukan Yunani
melawan pasukan Persia di terusan Thermopylae yang sempit.
Serangan Xerxes dan Pertempuran Terakhir Leonidas di Thermopylae
Pasukan Persia datang dari arah utara menyapu ke bawah. Di depan para
penjajah, Thracia menyerah, dan kemudian diikuti oleh kota-kota
Makedonia. Xerxes begerak turun kedaratan pusat Yunani, dan jika ia
berhasil melewati pegunungan, kota-kota di selatan kan celaka.
Sebuah pasukan dari Attica diberi tugas untuk mengawasi di jalan
pegunungan yang tersembunyi, untuk berjaga jika sesuatu terjadi. Akan
tetapi, semua jalan peting di Thermopylae sudah dipercayakan kepada
pasukan gabungan polis-polis Yunani, tujuh ribu pasukan di bawah pimpinan Leonidas.
Sejak awal, pertempuran ini memang mustahil dimenangkan pasukan
Leonidas. Bahkan sebelum keberangkatannya ke Thermopylae, Leonidas telah
berpesan kepada istrinya untuk menikahi pria baik dan melahirkan
keturunan yang baik.
Walaupun terlihat mustahil untuk mengalahkan Xerxes, Leonidas dan
pasukannya tidak sedikit pun gentar. Saat utusan Xerxes memintanya untuk
menyerah dan meletakkan senjata, Leonidas menjawab, “ambil saja
sendiri”. Prajuritnya tidak kalah berani, saat pasukan Persia mengancam
akan menghujani mereka dengan anak panah sampai cahaya matahari
terhalangi, salah satu pasukan Persia berkomentar “Itu lebih baik. Kita
akan bertarung dalam suasana teduh.”
Perlu dicatat orang-orang Sparta selain dikenal akan kemahiran mereka dalam bertempur, mereka juga sangat lihai dalam berbicara.
Xerxes sangat percaya diri dapat menghancurkan pasukan Leonidas dalam
waktu singkat. Akan tetapi, saat gelombang demi gelombang pasukan
Persia mencoba menembus terusan itu, ribuan pasukan Persia tewas.
Pasukan Persia yang baru datang terpaksa memanjat tumpukan mayat
rekan-rekan mereka, dan menemukan mereka sebenarnya terjebak. Setelah
tiga hari mengirimkan ratusan ribu prajurit melawan sekumpulan kecil
pasukan Yunani, Xerxes mundur untuk berpikir ulang.
Ketika Xerxes dan pasukannya sedang memikirkan strategi untuk
menembus garis pertahanan pasukan Yunani di Thermopylae, muncul seorang
pengkhianat dari kubu Yunani bernama Ephialtes. Ephialtes menunjukkan
kepada pasukan Persia, jalur tersembunyi yang mengarah ke belakang garis
pertahanan pasukan Leonidas.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Xerxes mengirimkan
seorang komandannya untuk mendaki gunung itu bersama bersama dengan
10.000 orang yang sangat terlatih, petarung elit yang disebut oleh
Herodotus sebagai para “Imortal”. Ketika pasukan itu mulai turun dari
pegunungan, mereka mulai melingkari pasukan Yunani dari belakang.
Leonidas yang melihat bahwa angkatan perangnya hampir terkepung,
menyadari bahwa mereka sudah kalah perang. Dia memerintahkan semua
orang, kecuali hanya tiga ratus pasukan Sparta, untuk mundur kembali ke
Selatan. Tiga ratus orang Sparta ini, bersama dengan beberapa pasukan
dari Thebes, dan Thespia yang menolak pergi, mereka bertempur melawan
Xerxes dengan tujuan membendung pasukan Persia untuk sementara.
Wilayah Attica sudah dipastikan hancur, akan tetapi jika pasukan yang
mundur dapat mencapai Teluk Korintus, mereka mungkin masih bisa
mempertahankan Peloponese, bersama Troezen, di mana para wanita dan
anak-anak berada, dan harta di Salamis semuanya akan tetap menjadi milik
Yunani.
Pasukan Sparta bertempur sampai tidak ada yang tersisa, sebelumnya
mereka sudah mengetahui bahwa mereka akan bertempur sampai mati. Mereka
bertarung menggunakan tombak. Sewaktu tombak mereka hancur, mereka
bertarung dengan pedang. Begitu pedang patah, mereka bertarung dengan
gigi, dan tangan sampai tumbang.
Sejarawan Herodotus memperkirakan bahwa pasukan kecil ii
merengut korban jiwa 20.000 pasukan Persia, selain pasukan biasa, para
Imortal juga banyak yang tewas, ditambah meninggalnya dua adik Xerxes.
Leonidas sendiri gugur bersama 300 pasukan Sparta lainnya.
Ketika tubuh Leonidas ditemukan, Xerxes marah karena kemenangannya
memakan terlalu banyak pasukannya, ia memerintahkan sang raja yang sudah
mati itu, dipenggal, dan tubuhnya disalib, layaknya seorang penjahat.
Empat puluh tahun kemudian, sisa-sisa tubuh Leonidas akhirnya
dikembalikan ke orang-orang Sparta, untk dikuburkan dengan penghormatan
yang sepantasnya.
Pertempuran terakhir Leonidas bersama 300 pasukanya
mengilhami bangsa Yunani untuk angkat senjata demi kebebasan mereka.
Kemenangan-kemenangan mereka atas orang-orang Persia di laut (Salamis),
dan di darat (Platea) memastikan bahwa Xerxes adalah penguasa Persia
pertama, sekaligus terakhir, yang pernah menginjakkan kaki di tanah
Yunani. Keberanian, dan pengorbanan pasukan Sparta kemudian dikenang
dalam epitaf yang diguratkan di atas batu penanda pertempuran terakhir
mereka di Thermopylae.
Baca Juga:
Artikel Lengkap Peradaban Mesir Kuno (3200-2180 SM)
BIBLIOGRAFI
Adams, Simon. 2007. Sejarah Dunia: Dari Mesir Kuno hingga Tsunami Asia. Jakarta: Erlangga.
Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Holland, Julian (ed.). 2009. Ensiklopedia Sejarah dan Budaya : Sejarah Dunia Jilid I. Terj. Nino Oktorino. Jakarta: Lentera Abadi.
Montefiore, Simon Sebag. 2012. Pahlawan dalam Sejarah Dunia. Jakarta: Erlangga.
Artikel Lengkap Leonidas dan Pertempuran Thermopylae
4/
5
Oleh
Admin